Timun Mas: Kisah Keberanian dan Kecerdasan Menghadapi Buas



Di antara hamparan pegunungan dan persawahan yang subur, hiduplah seorang wanita bernama Mbok Srini. Kehidupan Mbok Srini sendiri, sayangnya, tak semanis panorama alam di sekitarnya. Sejak ditinggal suami tercinta, ia hidup sebatang kara. Kesunyian kerap menyelimuti gubuk kecilnya. Harapan terbesar Mbok Srini adalah memiliki anak yang bisa menemaninya.

Suatu pagi, di tengah kesibukan mencari kayu bakar di hutan, Mbok Srini bertemu dengan sosok raksasa berbadan tegap dan berwajah menyeramkan. Alih-alih diterkam, raksasa itu justru menawarkan sebuah "hadiah" tak terduga. Ia berjanji akan memberikan Mbok Srini seorang anak dengan syarat: ketika anak tersebut berusia 17 tahun, raksasa akan kembali untuk mengambilnya. Mbok Srini yang didorong rasa putus asa dan kesepian tanpa pikir panjang menyetujui persyaratan itu.

Tak lama kemudian, sebuah keajaiban terjadi. Mbok Srini menemukan buah mentimun emas tergeletak di bawah pohon besar. Ia pun memetik dan membelahnya. Di dalamnya, ia mendapati seorang bayi perempuan mungil yang cantik jelita. Bayi itu diberi nama Timun Mas, sesuai dengan penemuannya yang ajaib.

Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cerdas, cekatan, dan memiliki paras yang menawan. Mbok Srini mencurahkan seluruh kasih sayangnya untuk membesarkan Timun Mas. Ia pun tak henti-hentinya mengajarkan Timun Mas berbagai keterampilan hidup, termasuk bercocok tanam dan berhati-hati terhadap bahaya.

Ketika Timun Mas menginjak usia 17 tahun, bayangan buruk yang selama ini dipendam Mbok Srini pun menjadi kenyataan. Raksasa jahat itu kembali menagih janji. Mbok Srini histeris dan menangis tersedu-sedu. Ia tak tega melepaskan Timun Mas yang telah menjadi belahan jiwanya.

Melihat kesedihan sang ibu, Timun Mas yang tegar dan berpikiran jernih mencoba menenangkannya. Ia meminta Mbok Srini untuk menyiapkan empat buah bungkusan berisi jarum, garam, cabai, dan terasi. Timun Mas pun berpamitan pada sang ibu sembari berjanji akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan diri.

Raksasa itu datang dengan langkah menghentakkan bumi. Ia langsung mencari Timun Mas dan tak sabar untuk segera melahapnya. Saat melihat Timun Mas berlari ke dalam hutan, raksasa itu pun segera mengejarnya.

Timun Mas berlari sekencang-kencangnya. Ia terus berlari tanpa henti hingga raksasa itu nyaris menangkapnya. Tiba-tiba, Timun Mas melempar bungkusan pertama yang berisi jarum ke belakang. Seketika itu juga, jarum-jarum tersebut berubah menjadi hamparan hutan bambu yang lebat dan berduri, menghalangi langkah sang raksasa.

Namun, dengan gigih, raksasa itu berhasil menembus hutan bambu. Timun Mas pun kembali berlari. Ketika jarak raksasa sudah semakin dekat, ia melempar bungkusan kedua yang berisi garam. Dalam sekejap, tanah yang mereka pijaki berubah menjadi lautan luas dan dalam. Raksasa itu pun kesulitan untuk menyeberang.

Meski demikian, dengan kekuatannya yang besar, raksasa itu akhirnya berhasil melewati lautan garam. Timun Mas tak menyerah. Ia terus berlari dan melempar bungkusan ketiga yang berisi cabai. Seketika itu juga, terhamparlah ladang luas yang dipenuhi tanaman cabai yang berbuah lebat. Aroma pedas yang menyengat membuat raksasa itu kewalahan dan terbatuk-batuk.

Akan tetapi, dengan menahan perih di matanya, raksasa itu kembali mengejar Timun Mas. Kali ini, Timun Mas melempar bungkusan terakhir yang berisi terasi. Tanah yang mereka pijaki pun berubah menjadi lautan lumpur yang sangat licin. Raksasa itu terperosok ke dalam lumpur dan semakin kesulitan untuk bergerak.

Timun Mas terus berlari menjauh hingga akhirnya ia berhasil sampai ke sebuah desa. Ia pun meminta pertolongan kepada para penduduk desa. Mendengar kisah pilu Timun Mas, penduduk desa pun bersimpati dan berjanji untuk melindunginya.

Raksasa itu yang terjebak di lautan lumpur akhirnya menyerah. Ia tak bisa lagi mengejar Timun Mas dan terpaksa kembali ke tempat asalnya dengan tangan hampa. Timun Mas pun terbebas dari ancaman sang raksasa buas.

Sejak saat itu, Timun Mas hidup dengan aman dan damai bersama.

Getting Info...

About the Author

Takkan ada hari tanpa makan
Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.