Di tanah Sunda yang gemah ripah loh jinawi, terukir kisah cinta tragis Sangkuriang, pemuda gagah perkasa dengan Dayang Sumbi, sang ibu yang tak terduga. Legenda ini tak hanya memukau, tetapi juga menyimpan pesan moral tentang cinta, pengkhianatan, dan konsekuensi dari amarah yang membara.
Awal Mula Kisah
Sangkuriang, putra Dayang Sumbi yang dibesarkan oleh kakeknya, Tumang, tumbuh menjadi pemuda rupawan dan bertenaga luar biasa. Suatu hari, Sangkuriang yang telah dewasa berniat melamar seorang gadis cantik yang tak lain adalah Dayang Sumbi, sang ibu kandungnya. Sangkuriang tak mengenali Dayang Sumbi karena mereka terpisah saat Sangkuriang masih bayi.
Dayang Sumbi yang terperanjat menyadari identitas Sangkuriang, berusaha mencegah pernikahan dengan cara menipu Sangkuriang. Dayang Sumbi memberikan Sangkuriang sebuah ikat kepala dan gelang kaki yang harus dicari pasangannya. Sangkuriang yang penuh tekad, menjelajahi berbagai penjuru negeri untuk mencari pasangan yang sesuai.
Penemuan yang Mencengangkan
Perjalanan Sangkuriang membawanya kembali ke kampung halamannya, di mana dia bertemu dengan seorang gadis cantik yang memiliki ikat kepala dan gelang kaki yang sama persis dengan milik Dayang Sumbi. Sangkuriang tak menyangka bahwa gadis itu adalah Dayang Sumbi, dan mereka pun menikah dengan penuh kebahagiaan.
Namun, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Tumang, yang mengetahui pernikahan ini, membeberkan rahasia bahwa gadis yang dinikahi Sangkuriang adalah ibu kandungnya sendiri. Sangkuriang yang murka dan terluka, mengusir Dayang Sumbi dan bersumpah untuk membalas dendam.
Pembuktian Cinta dan Murka Sangkuriang
Terluka dan penuh penyesalan, Dayang Sumbi memohon kepada para dewa untuk membantunya menghentikan Sangkuriang. Dayang Sumbi berjanji akan membangun sebuah danau besar sebelum fajar menyingsing. Sangkuriang, yang mengetahui rencana Dayang Sumbi, dengan bantuan para makhluk gaib, berusaha menggagalkan rencana tersebut.
Sangkuriang membendung aliran sungai Citarum dengan sebongkah batu raksasa, hampir menyelesaikan danau sebelum fajar tiba. Dayang Sumbi, melihat usaha Sangkuriang, panik dan membakar lumbung padi yang berisi padi yang disiram air sungai Citarum. Sangkuriang, mengira fajar telah tiba, marah besar dan menendang batu raksasa tersebut, yang terguling dan terbalik, membentuk Gunung Tangkuban Perahu.
Pesan Moral dari Legenda
Kisah Sangkuriang bukan hanya cerita rakyat yang menghibur, tetapi juga sarat makna. Legenda ini mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga komunikasi dan kejujuran dalam hubungan, terutama antara orang tua dan anak. Amarah yang tak terkendali dapat membawa konsekuensi fatal, seperti yang dialami Sangkuriang. Pesan moral lainnya adalah tentang pentingnya menerima kenyataan dan memaafkan kesalahan orang lain.
Legenda Sangkuriang juga menjadi pengingat akan kekuatan alam dan bagaimana manusia harus hidup selaras dengannya. Gunung Tangkuban Perahu, yang menjulang tinggi di Jawa Barat, menjadi simbol permanen dari kisah cinta tragis Sangkuriang dan Dayang Sumbi, dan menjadi pengingat bagi generasi penerus untuk selalu menjaga nilai-nilai luhur dan menghindari perbuatan yang dapat membawa penyesalan.